Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Magang di Jepang itu worth it untuk finansial?

Penamorf- Halo sobat Pena! Sudah lama rasanya tidak berjumpa. Beberapa artikel belakangan ini adalah artikel bisnis untuk membantu situs perusahaan lain. Jadi maaf tidak berjumpa sebagai individu disini. Magang di Jepang, kedengarannya tidak asing. 

Apakah magang di Jepang itu worth it untuk finansial? Nanti akan saya jawab dengan sudut pandang saya sendiri selaku peserta magang di Jepang.

Satu dari sekian banyak faktor, apa yang membuat kamu berpikir magang di Jepang? Apakah karena kamu wibu?   karena gaji di Jepang itu tinggi? karena banyak yang sudah sukses? 

Tawaran magang di Jepang itu memang legit dari mulut marketing LPK atau sending organization.  Padahal di Jepang sendiri peserta magang di Jepang  sering dipandang miring / jelek. Dikenal dengan pekerja murah dan selalu menghasilkan masalah sebagai imigran kaburan. 

Jadi berpikir 2 kali kalau mau mengambil program magang di jepang (jishussei).  

Pertimbangan sebelum mengambil magang di Jepang (Jishussei) 

Untuk magang di Jepang tidaklah murah. Saya berani jamin keluar paling dikit sekitaran 20 juta. Adayang lebih murah atau gratis? mungkin ada tapi tidak banyak dan saingannya tidak sedikit. Berikut adalah pertimbangan sebelum magang di Jepang : 

1. Gaji jishussei atau gaji pesertamagang di Jepang itu...

Nominalnya paling kecil dibandingkan dengan  visa kerja yang lain. Jadi jangan bandingkan gaji visa magang  dengan visa TG (Tokutei Ginou)  atau dengan visa engineer. 

Ada beberapa kasus dimana gaji peserta magang nominalnya besar. Namun banyak jugayang sebaliknya, memiliki pendapatan yang nominalnya kecil. 

Kalau kamu ingin kerja di Jepang karena gaji, ambil visa diluar visa magang.

2. Beban kerja lumayan tinggi 

Sudah dikatakan bahwa magang di jepang merupakan pilihan yang kurang sesuai bila melihat dari sisi gaji. 

Ada beberapa orang yang berfikir diluar sana bahwa status magang memiliki porsi kerja yang lebih sedikit dan gaji hanya sebatas uang saku saja. 

Magang di Jepang itu beda. Statusnya saja yang maganga, gajinya juga sebagai pemagang, namun beban kerja juga sama dengan yang lain. 

Banyak peserta magang yang keberatan karena beban kerja sama dengan teman kerja visa berbeda, namun gajinya paling rendah sendiri. 

3. Banyak perusahaan nakal (black company )

Jishussei atau peserta magang di Jepang juga bisa juga dimanfaatkan oleh perusahaan yang tidak layak sama sekali seperti black company. 

Salah satu contoh yang sering jadi ciri khas black company  adalah pekerjaan tidak sesuai kontrak dan gaji yang tidak sesuai.  Beberapa kasus bahkan terjadi  kekerasan fisik. 

4. Biaya hidup di Jepang itu tinggi. 

Gaji di Jepang itu untuk pemegang visa magang atau jishussei  itu rendah. Untuk biaya hidup di Jepang satu bulannya hanya untuk makan saja paling minimal Rp 3 Juta.

Bisa lebih murah asalkan hemat atau tinggal di desa. Jadi dengan gaji yang kecil tentu saja untuk menabung dan balik modal membutuhkan waktu yang lebih lama. 

Apakah Magang di Jepang itu worth it untuk finansial?

Jawabannya tentu saja tidak. Karena  di Jepang sendiri saat ini biaya hidup semakin naik, sedangkan gaji (apalagi pemagang), tidak mungkin mengalami kenaikan yang signifikan. 

Lantas apakah magang ini akan masih ada? Jawabannya per tahun 2027 nanti sudah tidak ada magang lagi. Namanya sudah diganti dan juga akan ada banyak perubahan aturan yang memihak kepada pekerja asing. 

Mau kerja di Jepang? pelajari dulu :